Piala Dunia sudah dimulai sejak
seminggu yang lalu. Banyak kejutan yang ditampilkan dari lapangan hijau Qatar. Walaupun
tim nasional Indonesia belum bisa tampil di perhelatan sepakbola terbesar di
dunia ini, tapi ternyata Indonesia juga ikut berkontribusi dalam piala dunia
kali ini. Datang dari masyarakat Madiun, ternyata bola resmi Piala Dunia 2022,
“Al Rihla” merupakan produksi dari PT. Global Way Indonesia (GWI), Madiun.
Sejak awal, PT. GWI merupakan
perusahaan yang hanya memproduksi barang ekspor perlengkapan olahraga, termasuk
bola. Namun sayangnya mereka tidak memproduksi untuk kebutuhan di dalam negeri.
Sponsor resmi perlengkapan Piala Dunia, Adidas telah mempercayakan PT. GWI
untuk memproduksi perlengkapan piala dunia sebanyak 4 kali penyelenggaraan
piala dunia. PT. GWI memiliki 2 lokasi produksi, yaitu di China dan Indonesia,
namun 70% diproduksi di Indonesia.
Al Rihla didesain dengan bentuk
panel yang menyerupai “Dhow Boat” tradisional Qatar dengan warna pola biru,
merah dan kuning. Pola ini mewakili lanksap kota Doha, ibukota Qatar. Selain
itu, Al Rihla adalah bola Piala Dunia pertama yang dibuat secara eksklusif
dengan tinta dan lem berbahan dasar air. Al Rihla juga memiliki sejumlah fitur
dengan teknologi yang canggih. Melansir dari laman FIFA.com, teknologi baru
yang ditanamkan didalam Al Rihla bernama Semi-Automated Offside Technology
(SAOT), teknologi ini memungkin bola yang bisa terkoneksi dengan teknologi Video
Assistant Referee (VAR) dan menjadi bagian penting yang membantu wasit saat
laga berlangsung.
Al Rihla dengan sensor gerak Inertial
Measurement Unit (IMU) yang ada di alamnya, akan memainkan peran penting
untuk menentukan offside terjadi atau tidak. Untuk menentukan offside, Al Rihla
akan mengirimkan data ke ruang operasional video untuk menentukan di mana titik
bola secara presisi. Bola dan sensornya itu, dibantu dengan ditambah dua belas
kamera pemantau di stadion. Memadukan data pelacakan anggota badan pemain dan
bola melalui kecerdasan buatan, teknologi baru ini secara otomatis memberi tahu
jika pemain menerima bola di posisi ilegal. Tim wasit kemudian secara manual
memeriksa untuk menguatkan keakuratannya sebelum melaporkannya ke wasit utama
dan mengambil keputusan.
FIFA mengklaim proses ini bisa
terjadi dalam hitungan detik, yang membuat keputusan offside bisa muncul dengan
lebih cepat dan akurat. Data yang direkam dari kamera, termasuk posisi bola,
juga dipakai untuk menciptakan animasi yang kemudian bisa ditayangkan dalam
siaran ulang di stadion ataupun tayangan di televisi.
Ternyata karya anak bangsa sangat
keren ya.
Sumber: Al Rihla dari Indonesia