Dalam beribadah terkadang
terbersit didalam hati, bahwa kita adalah manusia yang sangat taat kepada Allah
melebihi orang lain. Hati-hati, perbuatan seperti bisa saja merupakan bentuk
dari riya. Kata riya berasal dari bahasa Arab Arriyaa’u yang memiliki
arti memperlihatkan atau pamer. Secara tidak langsung riya berarti
memperlihatkan sesuatu kepada orang lain, baik barang maupun perbuatan baik
yang dilakukan, dengan maksud agar orang lain dapat melihatnya dan akhirnya
memujinya. Beribadah bukan karena mengharap ridha Allah Ta’ala tetapi
mengharapkan pujian dari manusia, adalah bentuk syirik kecil yang membuat
ibadah serta kebaikan yang dilakukan tidak bernilai di hadapan Allah Ta’ala.
Dalam Alquran, Allah Ta’ala telah berfirman mengenai riya, yaitu :
فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ
رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا
Artinya :
"Barang siapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan amal yang saleh dan
janganlah dia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada
Tuhannya." (QS : Al-Kahfi : 110)
Banyak orang yang berusaha menghindari riya. Namun ternyata terkadang hal-hal sederhana yang kita lakukan juga dapat menjadi riya terselubung. Kira-kira hal-hal apa saja sih yang bisa menjadi riya terselubung? Yuk simak ulasan berikut!
1. Menceritakan Keburukan Orang Lain
Photo : Liputan6
Menceritakan keburukan orang lain dengan maksud bahwa kita bukanlah orang yang berkelakuan buruk merupakan salah satu bentuk riya. Misalnya, Anna bercerita kepada Toni bahwa Dina adalah orang yang malas saat kuliah. Ia jarang masuk, sering titip absen dan sebagainya. Sembari menceritakan keburukan Dina, Anna juga menceritakan bahwa ia tahu semua keburukan Dina karena Anna rajin masuk kelas. Secara tidak langsung Anna menceritakan dirinya ke Toni bahwa ia adalah orang yang rajin, yang selalu masuk kelas. Perbuatan Anna ini merupakan bentuk riya yang sangat buruk. Karena selain mendapatkan dosa riya, Anna juga mendapatkan dosa dari perbuatan ghibah. 2. Menceritakan Kenikmatan Yang Telah Allah Berikan Terkadang kita bany
ak mendengarkan cerita dari orang-orang yang mendapatkan nikmat dari Allah Ta’ala. Mereka bercerita bahwa kenikmatan dari Allah Ta’ala berkat ketekunannya melakukan ibadah. Dalam satu sisi, orang tersebut dapat memotivasi orang lain untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Namun disisi yang lain, jika ia memiliki maksud agar orang lain tahu bahwa ia adalah orang yang saleh. Maka perbuatan ini adalah perbuatan riya.
3. Memuji Guru Agar Ia Juga Mendapat Pujian
Ada sebagian orang yang memuji gurunya setinggi langit dihadapan orang lain. Jika dalam memuji gurunya ia juga mengharapkan orang akan memuji bahwa ia juga orang yang telah mendapatkan kehebatan dari gurunya. Misalnya, “Syaikh Fulan / Ustadz Fulan…luar biasa ilmunya…, sangat tinggi ilmunya mengalahkan syaikh-syaikh/ustad-ustad yang lain. Alhamdulillah saya telah menimba ilmunya tersebut selama sekian tahun…” Maka perbuatan ini juga merupakan perbuatan riya.
4. Merendah Untuk Meroket
Rendah diri adalah perbuatan yang baik. Namun jika kita merendahkan diri agar mendapatkan pengakuan dari orang lain bahwa kita adalah orang yang rendah diri atau low profile” ini juga merupakan perbuatan riya.
5. Menunjukkan
Kedekatan Diri Dengan Para Ustadz
Jika ia menunjukkan dan
memamerkan kedekatannya terhadap para dai/ustaz, seakan-akan bahwa dengan
dekatnya dia dengan para ustaz menunjukkan, ia adalah orang yang saleh dan
disenangi para ustaz. Padahal kemuliaan di sisi Allah bukan diukur dari
dekatnya seseorang terhadap ustaz atau syaikh, akan tetapi dari ketakwaan.
Ternyata, kedekatan terhadap ustadz juga bisa menjadi ajang pamer dan
persaingan.
Itulah beberapa hal yang kita
anggap baik, namun jika ada maksud untuk mendapatkan pengakuan orang lain
apapun bentuknya bisa saja menjadi perbuatan riya. Semoga kita terhindar dari
niat-niat, yang tidak baik atau yang tidak kita inginkan yang dapat merusak
amalan kita kepada Allah Ta’ala. Semoga, apa yang kita lakukan atau kerjakan
amalan kebaikan hanya semata-mata karena Allah Ta’ala. Dan terus berdoa agar
kita di jauhkan dari sifat riya agar niat kita tetap lurus hanya semata karena
Allah Ta’ala dan hati kita tetap dilindungi oleh Allah Ta’ala.
Sumber : riya